Thursday, August 23, 2018
Shingeki no Kyojin Attack on Titan Season 2
“Setiap orang setidaknya memiliki satu atau dua kesalahan! Jika kau mencoba
memungkiri sedikit saja, maka tidaklah buruk,” ucap Ymir meyakinkan Historia,
gadis polos berambut pirang yang akrab disapa Christa. Ymir berencana mengikuti
Reiner Braun dan Bertolt Hoover meski ia tahu bahwa keduanya telah meruntuhkan
dinding pertahan. Kedamaian serta kehidupan tentram dalam dinding yang telah
berlangsung selama seratus tahun akhirnya berubah menjadi kekacauan dan
pertumpahan darah dalam sekejap.
Reiner dan Bertolt bersalah itu adalah fakta. Keduanya melakukannya karena
suka atau terpaksa, tetap saja tidak akan mengubah realita. Sebagian membenci
dan sebagian lagi memuji sementara sisanya menganggap lumrah pada peritiwa yang
mereka perbuat. Inilah benang merah yang ingin saya bahas dalam tulisan singkat
ini. Penilaian.
Dalam keseharian kita, barangkali kita temui pihak kepolisian menembak mati
sekawanan perampok atau pelaku tindak kriminal berbahaya lainnya. Tidak
diragukan jika sebagian memuji mereka karena prestasi gemilangnya. Di sisi
lain, apa yang mereka lakukan adalah menghilangkan nyawa manusia. Seburuk apa
pun pelaku kriminal, akan tetap ada luka mendalam untuk sanak keluarga yang
ditinggalkan. Mereka melakukannya karena suka atau terpaksa, tetap saja dinilai
bersalah. Dan sekali pun di dunia ini benar-benar bisa bersih tanpa tindak
kejahatan, konsekuensinya tugas mereka tidak lebih dari pengatur lalu lintas
dan sedikti membantu persoalan hidup bermasyarakat. Itu pun jikalau memang
dibutuhkan. Kalau pada akhirnya tidak ada yang perlu diatur dan dibantu, akan
beda ceritanya.
Pada kasus lain ketika saya singgung perihal mantan, barangkali yang
terlintas dalam pikiran merupakan sosok yang pernah hadir dalam kehidupan kita.
Sewujud yang pernah tinggal dalam ruang hati dan menemani dalam hari-hari
hingga ia hilang meninggalkan atau kita tinggalkan. Lalu kita mencaci dirinya
dan memuju sosok kekasih baru. Pertanyaanya, seberapa abnormalkah tindakan kita
yang membandingkan satu sama lain hingga memuji siapa yang dipilih dan mencaci
dia yang tidak dipilih?
Jujur saja, latar belakang kenapa tulisan ini saya kerjakan karena ada rasa
muak, serasa ingin muntah melihat beranda yang dipenuhi dengan pernyataan
memuji kubu A dan mencaci kubu B, atau pun sebaliknya—mengingat kedua kubu
tersebut akan berduel merebutkan kursi nomor satu di negeri ini. Di satu sisi
diperlakukan layaknya seorang mantan yang pernah kita saksikan rutinitasnya
hingga keburukan serta kebaikannya bisa dilihat dari permukaan sementara sisi
satunya layaknya kekasih baru yang siap didamba dan dipuji. Sebaliknya, pihak
satu seolah menganggap lawannya adalah pendatang yang harus dihentikan agar
singgasana lama tidak bergeser. Apakah dengan hal semacam ini kehidupan kita
harus dijalani? Benarkah tidak masalah untuk menganggap ini semua baik-baik
saja?
Rasa suka adalah selera. Tidak ada hak memaksa untuk suka atau tidak. Tidak
ada yang salah dengan memihak kubu tertentu karena menilai baik dan memungkiri
satu-dua kesalahan yang pernah diperbuat. Yang jadi masalah adalah ketika
mengumbar ajaran kebencian yang membandingkan satu sama lain, lalu
menjelek-jelekkan pihak lawan seolah ia harusnya tidak pernah dilahirkan. Ladies and gentlemen, there’s nothing perfect person in this f***
world.
Come on guys, we are ordinary
human.