Monday, August 27, 2018
Shingeki no Kyojin Season 3
Diakui, judul di atas memang ngeri. Namun alur cerita kenapa Eren harus
memakan ayah kandungnya sendiri jauh lebih mengerikan.
Kisahnya sangat panjang terkait bagaimana Grisha Yaeger memiliki dua kekuatan
besar titan shifter yakni rogue titan dari orang yang
menyelamatkan hidupnya Eren Kruger, dan
founding titan dari Frieda Reiss. Namun hal terpenting yang ingin
disampaikan di sini bahwa konsekuensi memiliki kekuatan titan shifter—menanggung batas umur maksimum tiga belas tahun. Dan harus
sudah diwariskan sebelum jangka usia habis. Atau jika tidak diwariskan, semua
akan seperti air yang menguap dan tak bersisa.
Biar begitu, cara mewariskannya tidak main-main. Satu-satunya cara untuk
mewariskan kekuatan titan shifter kepada
generasi penerusnya, si pewaris harus menjadi titan dan memakan orang tersebut. Itulah kenapa Grisha Yaeger
menyuntikkan cairan titan ke tubuh
Eren. Lalu, Eren yang menjadi titan tanpa
sadar telah memakan ayahnya sendiri. Ia menjadi orang yang kuat dengan menghapus
sosok sang ayah.
Terus terang saja menghapus bayang-bayang ayah dalam kehidupan kita bukanlah
satire. Seorang anak hanya akan menjadi hebat manakala tidak lagi bergantung
pada ayahnya atau dalam hal ini saya lebih suka menuliskannya dengan ‘menghapus
sosok sang ayah’. Entah itu harta, status sosial yang disandang dan hal-hal
lain dari sang ayah.
Maksudnya begini, memang kenyataannya sosok ayah akan mengorbankan apa pun
tanpa terkecuali nyawanya sendiri demi mengupayakan yang terbaik untuk anaknya.
Ini hal yang wajar meski sebagian dari kita tidak menyadarinya. Di sisi lain,
selama si anak terus bergantung pada ayahnya, ia tidak pernah menjadi
siapa-siapa.
Misalnya, ayah saya kan seorang raja, kenapa saya harus belajar berpedang? Atau,
ayah saya kan seorang pengusaha kaya raya, kenapa saya harus bekerja? Atau, ayah
saya kan ilmuan hebat, kenapa saya harus membaca buku? Dan sebagainya.
Sebagian dari kita mungkin sepakat bahwa buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya. Tapi satu hal yang barangkali dilupakan oleh kita semua bahwa, buah
yang jatuh tidak selalu dalam keadaan baik. Adakalanya dimakan ulat, jatuh
sebelum matang, atau bisa jadi terkontaminasi hingga membusuk. Ditambah lagi,
biji yang dikandung dalam buah belum tentu bisa tumbuh dengan baik karena berbagai
faktor alam. Dan sekali pun mampu tumbuh bersemi belum tentu sehebat generasi
pendahulunya.
Saya harap Anda semua meragukan ini semua. Karena jika kita bisa meluangkan
waktu sejenak untuk melihat area persawahan dengan ragam tanaman yang ada di
sana, kita bisa temukan jawabannya. Di sana, hanya benih terbaik yang ditanam. Namun
tiada jaminan bahwa hasil panennya bagus. Tanaman jagung misalnya, di usia prima
hanya menghasilkan jagung putih dan tidak bisa dibanggakan hasil panennya,
bukanlah hal baru.
Jadi, apa poin terpenting dalam pembahasan kali ini? Saya rasa tidak ada. Semua
kembali pada pemahaman masing-masing. Membanggakan garis keturunan dan
memujanya adalah hal biasa dan tidak ada yang salah.
Yang jelas, kehidupan ini Anda sendiri yang menjalani. Tidak ada peran
pengganti. Setiap tetes air mata, keringat bahkan darah sekali pun yang Anda
keluarkan, tidak ada rekayasa karena ini semua bukan drama.