Saturday, September 23, 2017
Photo taken Entropia Universe, Camp
Icarus-Planet Calypso
Mari sejenak kita renungkan bersama-sama, masihkah kata
“aku” jauh lebih berharga daripada kata “mereka”? Aku, kau ataupun dia yang
bermakna satu, masihkah menjadi prioritas hingga melegalkan untuk merebut
hak-hak ataupun tempat orang lain?
Aku, kau dan dia tidak akan menjadi “kita” mana kala
setiap satu masih saja memperdebatkan kedudukannya dan mengklaim lebih unggul
daripada suatu yang lain.
Pada dasarnya kita hidup di alam sosial, baik di dunia
nyata maupun di dunia maya. Kita memiliki hak-hak serta kewajiban yang sama
sesungguhnya sebagai masyarakat yang beradab, penduduk suatu negara yang sadar
akan aturan yang berlaku serta nilai-nilai norma yang ada. Dan sikap mau
mengantre adalah cerminan bangsa-bangsa bermartabat.
Pertanyaannya apakah mengantre benar-benar berat hingga
sering dijumpai di sekitar kita perihal main serobot aja. Parahnya lagi seperti
pada gambar di bawah ini. Coba amati baik-baik, seolah dia sedang menganut dua prinsip yang berbunyi: Pertama, dia tidak bisa disalahkan. Kedua, jika dia melakukan kesalahan maka kembali ke prinsip pertama.
Pemandangan emak semakin di depan dan menjadi pemandangan
umum di negeri ini, bukan berarti bisa dijadikan acuan untuk dilestarikan.
Perlu dicatat, dalam hidup kita memiliki kebebasan yang
terbatas pada kebebasan orang lain. Kita boleh melakukan apa pun, namun
dibatasi pada hak-hak orang lain yang tidak bisa diganggu gugat. Because
every soul have own life, for everyone, for every single one.
Dan karena aku, hanyalah aku. Aku yang satu berada di
antara mereka. Mengalah bukan berarti kalah. Memberi adalah cermin bahwa kita
kaya dan pantas menjadi untuk dikayakan. Dan menghormati serta menghargai orang
lain bukan berarti kita rendah, namun kita bermartabat.